“Nalikane Alengka diobong,” (Suatu ketika, Alengka dibakar). Lagu ini sangat populer di Jawa, terutama di daerah pinggiran kota. Hanuman adalah tokoh dari epos Ramayana. Dia adalah duta besar Rama. Ia harus mengambil kembali Sinta yang diculik oleh Rahwana. Penampilannya hampir mirip seperti Sun Go Kong.
Ibu Hanuman adalah Anjana, dewi cantik dari surga. Sang ayah adalah dewa angin, bernama Bayu. Oleh karena itu, di timur ia disebut anak Bayu. Saat masih bayi, Hanuman pernah bengkak matahari. Sebab, bentuknya seperti permen kesukaannya. Hanuman dewasa sangat kuat. Dia mampu terbang melintasi lautan untuk menyelamatkan istri Tuannya. Monyet perkasa ini sendirian membakar Alengka.
Pada halaman 26-27 Anand menyebutkan diagram yang unik. Menunjukkan 4 cara dalam menemukan pusat dalam diri kita. Pertama adalah Kama atau kemauan yang kuat. Kedua adalah Artha, tidak hanya terkait dengan kekayaan tetapi juga dengan nilai kehidupan manusia. Ketiga adalah Dharma atau Kebenaran. Last but not least adalah Moksha atau kebebasan tertinggi.
Sayangnya, orang cenderung menggabungkan Kama dengan Artha, yang berada dalam satu garis. Oleh karena itu, kami hanya memiliki kemauan yang kuat untuk mengumpulkan uang. Mirip dengan kombinasi Dharma dan Moksha, kita melakukan sesuatu yang baik hanya untuk mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman. Apa bedanya kita dengan keledai yang hanya ingin makan wortel dan menghindari tongkat?
Pertemuan yang ideal adalah pada garis diagonal. Artinya kita memiliki Kama atau keinginan kuat untuk mendapatkan Moksha atau kebebasan tertinggi, bukan setelah kematian tetapi selama hidup kita di sini sekarang juga. Kemudian, kami mengumpulkan kekayaan untuk dibagikan kepada orang-orang yang tertindas. Ini Dharma kita. Selaras dengan imajinasi John Lennon, “Bayangkan semua orang, berbagi seluruh dunia…”
Hanuman lebih dari monyet. Membaca Faktor Hanuman akan mewarnai hidup kita dengan semangat yang sama.
Faktor Hanuman oleh Anand Krishna, diulas oleh Nugroho Angkasa
Diterbitkan Pertama kali oleh Gramedia Pustaka Utama Indonesia (Januari 2010)
Jumlah Halaman: 206